Perbandingan Akuntansi Manajemen Vs Akuntansi Keuangan
Berikut adalah perbandingannya, dilihat dari berbagai aspek:
1. Pengguna Utama Laporan:
a). Akuntansi Keuangan – Pengguna utama laporan yang
dihasilkan oleh Akuntansi keuangan adalah pihak eksternal perusahaan. Pihak
eksternal yang dimaksudkan di sini, yakni para pemegang saham, kreditur
(institusi keuangan dan non-keuangan), dan regulator (Badan Pengawas Pasar
Modal dan Direktorat Jenderal Pajak).
b). Akuntansi Manajemen – Seperti namanya, pengguna utama
laporan yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen adalah para pengelola
perusahaaan yang terdiri dari para manajer dan eksekutif perusahaan yang lumrah
disebut “management” saja.
2. Laporan Utama yang Disajikan:
a). Akuntansi Keuangan – Laporan utama yang disajikan oleh
Akuntansi Keuangan selalu berupa “Laporan Keuangan” yang terdiri dari:
· Neraca
(Balance Sheet) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan perusahaan hingga pada tanggal tertentu, misalnya 31 Desember 2013
(itu sebabnya PSAK saat ini memakai istilah “Lap Posisi Keuangan”.) Isinya:
Aset, Liabilitas, Ekuitas Pemilik.
· Laporan Laba
Rugi (Profit and Lost Statement) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi
mengenai hasil operasional perusahaan selama satu periode tertentu, misalnya 1
Januari s/d 31 Desember 2013, apakah membukukan laba atau rugi. Isinya:
Pendapatan, Beban, Biaya, Laba/Rugi.
· Laporan Arus
Kas (Cash Flow Statement) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai
aliran kas perusahaan; darimana kas masuknya berasal dan digunakan untuk apa
saja, selama satu periode tertentu, misalnya 1 Januari s/d 31 Desember 2013.
Isinya: Kas dari Aktivitas Investasi, Kas dari Aktivitas Operasi, dan Kas dari
Aktivitas Pendanaan.
b). Akuntansi Manajemen – Laporan utama yang disajikan oleh
Akuntansi Manajemen beragam dan tidak sama antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain—tergantung jenis dan skala usahanya. Namun
laporan-laporannya selalu berupa Laporan Internal, diantaranya berupa:
· Laporan Kas
(Cash Reports) – Laporan yang menyajikan posisi kas setiap hari atau minggu,
perbandingan kas dengan forecast dan budget, perbandingan kas periode
sebelumnya)
· Laporan
Status (Status Reports) – Laporan yang menyajikan kinerja keuangan dan
operasional perusahaan per hari atau minggu. Memuat perbandingan antara kondisi
sebenarnya yang sedang terjadi dengan budget dan forecast.
· Laporan Gaji
(Payroll Reports) –Laporan dapat memberi informasi, sampai per laporan dibuat,
sudah berapa kewajiban gaji dan upah perusahaan terhadap pegawai per
departemen, per orang. Sekaligus membandingkan data tersebut dengan budget dan
forecast.
· Laporan
Penjualan dan Biaya (Sales and Expenses Reports) – Laporan yang menyajikan
capaian penjualan sampai per tanggal laporan, sudah berapa persen yang tercapai
dibandingkan dengan forecast dan budget. Data disajikan per customer
(pelanggan) atau per nama marketer/salesman. Di sisi lainnya juga menyajikan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan hingga laporan yang telah dibuat, apakah
masih dalam toleransi budget, bagaimana perbadingannya dengan forecast.
· Laporan Cost
(Cost Report) – Laporan yang menyajikan besaran beban yang timbul dari
operasional perusahaan, pada kurun waktu tertentu (untuk cost center bisa jadi
harian atau mingguan), tentu saja dilengkapi dengan hitung-hitungan dan
analisa-analisa beban/cost yang sangat rinci, per department hingga per aktivitas.
Tergantung teknik costing apa yang diterapkan, laporan ini dilengkapi dengan
hitungan dan analisa-analisa pelengkap, misalnya berupa “Laporan Selisih”
(Variance Report) jika perusahaan menerapkan “standard costing”.
· Laporan
Marjin (Margin Reports) – Laporan yang menyajikan informasi mengenai marjin
(nilai penjualan dikurangi harga pokok penjualan) per jenis barang (item) dan
per customer (pelanggan). Laporan ini juga dapat memberi gambaran mengenai
barang mana saja yang sampai pada saat laporan dibuat mencetak marjin (laba
kotor) tinggi, mana yang rendah, dengan pisah batas dan parameter tertentu.
Juga, menyajikan informasi mengenai penjualan ke customer (pelanggan) mana yang
memberi marjin tinggi, mana yang rendah.
· Laporan
Kapasitas (Capacity Reports) – Laporan ini khas untuk perusahaan berjenis
manufaktur (industri/pabrikan). Laporan yang menyajikan kapasitas produksi
perusahaan per bagian/divisi, hingga per satu nit mesin. Sekaligus menampilkan
data, kapasitas mesin per tanggal laporan dibuat, berapa persen terisi.
Sehingga secara kesuluruhan dapat diketahui mesin mana saja yang bekerja dengan
kapasitas penuh dan mana yang tidak.
3. Cakupan Isi Laporan:
a). Akuntansi Keuangan – Cakupan isi “Laporan Keuangan” yang
disajikan oleh Akuntansi Keuangan mencerminkan atau mewakili kondisi perusahaan
(baca: entitas) secara keseluruhan. Pembaca Laporan Keuangan tidak bisa
mengetahui berapa penjualan dari toko A, B, dan C, dari PT JAK misalnya, karena
yang disajikan hanya total penjualan dari semua toko yang ada di bawah kendali
PT. JAK. Demikian halnya dengan beban/biaya. Hal itu karena pengguna Laporan
Keuangan memang tidak membutuhkan informasi sampai sejauh itu.
b). Akuntansi Manajemen – Cakupan isi “Laporan Internal”
yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen mencerminkan atau mewakili sampai ke
subunit suatu entitas mulai dari per cabang, departemen, hingga ke aktivitas
tertentu. Pengguna Laporan Internal, yaitu management perusahaan, bisa
mengetahui kondisi perusahaan ke bagian operasional perusahaan yang paling
kecil. Hal ini karena informasi tersebut memang diperlukan untuk proses
pengambilan keputusan internal para pengelola perusahaan.
4. Tingkat Kerincian Laporan:
a). Akuntansi Keuangan – Laporan Keuangan yang disajikan
oleh Akuntansi Keuangan bersifat general, global dan ringkas. Neraca misalnya,
pada perusahaan kecil mungkin terdiri dari satu halaman saja, sedangkan pada
perusahaan terbuka (TBK) yang paling besar mungkin maksimal hanya 4 halaman
saja. Demikian halnya dengan Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, semuanya
disajikan serba ringkas.
b). Akuntansi Manajemen – Laporan Internal yang disajikan
oleh Akuntansi Manajemen bersifat spesifik dan detail. Laporan Penjualan
misalnya, mungkin bisa berpuluh atau ratus halaman; dilaporkan per customer,
per lokasi outlet (retailer), per item barang, per warna, per size, dst. Tak
jarang laporan-laporannya juga dilengkapi dengan diagram (chart) yang dirancang
untuk manager yang lebih suka membaca laporan yang divisualisasikan.
5. Sumber Data Laporan:
a). Akuntansi Keuangan – Data yang digunakan untuk menyusun
Laporan Keuangan seratus persen bersumber dari transaksi keuangan yang kemudian
diinput dalam bentuk journal entry (debit-kredit).
b). Akuntansi Manajemen – Data yang digunakan untuk membuat
Laporan Internal manajemen bersumber dari data apapun yang dianggap relevan dan
terkait dengan kegiatan usaha, termasuk jurnal (debit-credit yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan.
6. Aturan Pengolahan Data dan Penyajian Laporan:
a). Akuntansi Keuangan – Dalam mengolah data dan menyajikan
laporan, Akuntansi Keuangan secara tegas diwajibkan mengikuti konsep, prinsip
dan postulat tertentu, yang tersandarisasi seperti tertuang dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Itu sebabnya, format laporan dan item dalam
Laporan Keuangan selalu sama (setidaknya nyaris sama).
b). Akuntansi Manajemen – Patokan yang digunakan oleh
Akuntansi Manajemen dalam mengolah data dan menyajikan laporan hanya AKURASI
dan RELEVANSI-nya terhadap jenis keputusan manajemen perusahaan yang akan
diambil—tidak ada aturan yang terstandarisasi. Itu sebabnya, format dan isi
Lapotan Internal masing-masing perusahaan variatif.
7. Fungsi Pelaporan:
a). Akuntansi Keuangan – Pelaporan Keuangan oleh Akuntansi
Keuangan dimaksudkan untuk tujuan yang bersifat umum dari pengguna laporan
keuangan yang memiliki kepentingan berbeda-beda; pembagian dividend (pemegang
saham), jual-beli saham dan sekuritas (trader), persetujuan kredit/funding
(banker), partnership dan investasi (investor), perpajakan (DJP), dan regulasi
pasar modal (Bappepam). Dalam pengertian, apapun kepentingan para pengguna,
selalu disodori Laporan Keuangan yang format dan item dalam laporan keuangan
yang selalu sama. Misalnya, Laporan Keuangan yang diberikan ke bank sama dengan
yang dipublikasikan ke investor.
b). Akuntansi Manajemen – Pelaporan Internal oleh Akuntansi
Manajemen dimaksudkan untuk kepentingan yang bisa jadi bersifat rutin (forecast
dan budget misalnya), dan bisa jadi juga bersifat khusus dalam kasus yang
sangat khusus—laporan kapasitas produksi karena perusahaan mengalami
keterlambatan delivery misalnya, atau laporan penjualan yang dibutuhkan untuk
perubahan strategi pemasaran misalnya, atau laporan analisa A/R dalam rangka
melakukan revisi kebijakan kredit, dan lain sebagainya. Laporan yang diberikan
kepada manager misalnya, tak sama dengan laporan yang disampaikan ke eksekutif,
yang diserahkan ke manager produksi tidak sama dengan yang disampaikan ke
manager pemasaran.
8. Waktu Pelaporan:
a). Akuntansi Keuangan – Penyampaian Laporan Keuangan oleh
Akuntansi Keuangan dilakukan secara rutin dan terjadwal secara pasti (kwartal,
semesteran, tahunan). Keterlambatan laporan bisa berakibat sanksi (misalnya
terlambat menyampaikan laporan fiskal.)
b). Akuntansi Manajemen – Penyampaikan Laporan Internal oleh
Akuntansi Manajemen ada yang dilakukan secara terjadwal, lebih banyak yang tak
terjadwal, bisa sewaktu-waktu kapanpun dibutuhkan oleh pengguna (management
perusahaan).
9. Penilai Kualitas Laporan:
a). Akuntansi Keuangan – Kualitas Laporan Keuangan tidak
dinilai langsung oleh pengguna (pihak eksternal), melainkan diwakili oleh team
auditor independent dari KAP tertentu melalui proses audit. Sepanjang team
auditor independen menyatakan laporan keuangan handal dan bisa dipercaya, maka
pihak eksternal juga akan berpendapat yang sama. Khusus Ditjen Pajak dan Bea
Cukai, mereka memiliki team pemeriksa (auditor) sendiri dan hanya percaya
kepada hasil penilaian mereka.
b). Akuntansi Manajemen – Yang menilai kualitas Laporan
Internal adalah pengguna langsung (management perusahaan). Sepanjang laporan
yang disajikan akurat dan bisa dijadikan input dalam proses pengambilan
keputusan, maka laporan dianggap berkualitas. Yang agak sulit, masing-masing
manajer perusahaan memiliki selera dan gaya analisa yang berbeda-beda,
disamping kepentingan yang berbeda-beda (sesuai fungsi maisng-masing manager).
Manajer A mungkin suka laporan yang super detail, manajer B mungkin pusing
kalau melihat laporan yang terlalu detail.
10. Sertifiksi:
a). Akuntansi Keuangan – Sertifikasi khusus bagi mereka yang
professional dalam Akuntansi Keuangan disebut “Certified Public Accountant”
(CPA). Sertifikat diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu dan lulusan
ujian khusus.
b). Akuntansi Manajemen – Sertifikasi khusus bagi mereka
yang professional dalam Akuntansi Manajemen disebut “Certified Management
Accountant” (CMA). Sertifikat diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu
dan lulusan ujian khusus juga.
“Jadi, mana yang lebih sesuai untuk saya, akuntansi keuangan
atau manajemen?” mungkin ada yang berpikir demikian setelah membaca
perbandingan di atas. Lanjut ke paragraph di bawah…
Mana Yang Lebih Sesuai Untuk Anda?
Ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab, bisa menjadi sangat
subyektif karena menyangkut preferensi dan selera yang sudah pasti berbeda
antara satu orang dengan orang lainnya.
Lagipula, menurut saya pribadi, sebagai seorang
akuntan—terlepas dari karir apapun yang dipilih—harus menguasai keduanya dengan
sangat baik. Seorang auditor yang bekerja di KAP misalnya, harus juga menguasai
akuntansi manajemen dengan sangat baik. Sebaliknya, yang bekerja di dalam suatu
perusahaan juga wajib menguasai Akuntansi Keuangan dengan tak kalah baiknya
dibandingkan Akuntansi Manajemen.
Tetapi, IYA, ada kecenderungan-kecenderungan yang bisa
membuat seorang akuntan merasa perlu lebih memperdalam ilmunya (baca: lebih
terspesialisai) pada salahsatu diantara Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Manajemen. Buktinya, ada banyak akuntan yang bergelar spesialiasai “Certified
Publik Accountant” (CPA) dan tak sedikit pula yang bergelar “Certified
Management Accountant (CMA).
Untuk itu, sekedar gambaran kasar, akan saya coba memberi
panduan umum.
Menggunakan perbandingan di atas, anda CENDERUNG lebih cocok
terspesialisai ke:
A. Akuntansi Keuangan, jika:
· Anda lebih
suka pekerjaaan yang bersifat statis, konstan dan cenderung dari itu-ke-itu
saja;
· Anda lebih
suka bekerja dengan waktu penyelesaian (deadline) yang telah diketahui sejak
jauh-jauh hari;
· Anda lebih
suka bekerja dengan pedoman dan acuan yang serba pasti;
· Anda lebih
suka bekerja dalam suasana tenang dan sepi;
· Anda lebih
suka berada dalam tingkat kepastian (certainty) yang tinggi;
· Anda lebih
suka pada hal-hal yang berbau aturan dan standar;
· Anda lebih
suka ‘bermain’ di wilayah yang lebih sempit dan terfokus; dan
· Anda lebih
suka menonton film yang alur ceritanya tipikal dengan karakter tokoh yang bisa
ditebak.
B. Akuntansi Manajemen, bila:
· Anda lebih
suka pekerjaaan yang bersifat dinamis, berubah dari waktu-ke-waktu,
berfluktuasi dan variatif.
· Tugas
mendadak yang tingkat kompleksitasnya tak bisa diperkirakan adalah tantangan
yang mengasikan bagi anda. Mengejar deadline dadakan yang nyaris mustahil
adalah sensasi yang sangat anda nikmati.
· Lebih
menyukai fleksibilitas dalam bekerja. Aturan standar dan hukum yang serba kaku
justru menjadi pembatas yang membuat anda merasa stress.
· Tak masalah
bekerja dalam suasana yang ramai dan hiruk-pikuk, justru keramaian adalah
sesuatu yang lebih anda sukai.
·
Ketidakpastian (uncertainty) tak membuat anda merasa resah, anda bisa
beradaptasi dan mudah membaur di tempat dan susasana yang bisa berubah
sewaktu-waktu.
· Anda lebih
tertarik pada strategi-strategi bisnis dibandingkan menghafal standard dan
pasal undang-undang;
· Anda
menginginkan ruang bermain yang lebih luas, kalau bisa yang tak terbatas; dan
· Film jenis
suspend adalah favorite anda.
Nah, kira-kira mana yang lebih cocok untuk anda?
Mana Yang Lebih Ampuh Untuk Menuju Ke Posisi Puncak?
Bicara PUNCAK, jadi ingat obrolan Pak Mario Teguh dengan
host MTGW. Menurutnya:
“Ukuran posisi puncak itu berbeda bagi masing-masing orang.
Puncak si A mungkin dasar bagi si B. Dan dasar bagi si D mungkin puncak bagi si
C.”
Sangat setuju. Di ruang tak terbatas, ukuran puncak itu
berbeda-beda, tergantung masing-masing orang:
· Jika menjadi
seorang Akuntan Manajemen di perusahaan adalah ukuran puncak bagi anda, maka
skill Akuntansi Manajemen adalah yang paling diperlukan untuk bisa sampai di
sana. Jika menjadi seorang Auditor di KAP adalah posisi puncak bagi anda, maka
skill Akuntansi Keuangan juga bisa menjadi pengantar yang paling sesuai.
· Namun jika
menjadi Direktur Keuangan (CFO) di perusahaan atau Managing Partner di KAP
adalah posisi puncak bagi anda, maka menguasai salahsatunya saja adalah tidak
cukup.
Sedikit tentang pengalaman pribadi. Begitu lulus saya
langsung bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) sehingga lebih banyak bekerja
di wilayah Akuntansi Keuangan—praktis tak pernah menyentuh yang namanya
“Laporan Internal” yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen, bahkan melihat
bentuknya pun belum pernah samasekali.
Namun, yang namanya nasib memanglah tak bisa ditebak; entah
mengapa saya merasa jenuh setelah 5 tahun bekerja di KAP, akhirnya pindah ke
perusahaan.
Pun demikian, ilmu dan pengalaman terspesialisasi di Akuntansi
Keuangan selama jadi auditor di KAP juga sangat membantu ketika bekerja di
dalam perusahaan, bahkan saya menduga itulah alasan utama mengapa saya langsung
dipercaya sebagai Chief Accountant pertamakali bekerja di perusahaan.
Tak lama bekerja diperusahaan itu, saya pindah ke perusahaan
lain. Bukan karena jenuh, tapi lebih karena ada tawaran dengan posisi—dan
kompensasi—yang saat itu saya nilai lebih baik. Posisi yang baru di perusahaan
baru memaksa saya untuk memperdalam Akuntansi Manajemen sekaligus Akuntansi
Keuangan dan Keuangan (Finance).
Beberapa tahun berjibaku di di wilayah akuntansi (keuangan
dan manajemen) serta keuangan, seiring pertumbuhan perusahaan, saya memperoleh
promosi jabatan ke middle management. Namun sebelum itu saya harus masuk internship
di kantor pusatnya di luar negeri sana.
Merasa banyak waktu luang di sana, sayapun memutuskan untuk
mengambil program study yang samasekali keluar dari Akuntansi Manajemen, yaitu
Bisnis. Naluri saya mengatakan, saya harus paham seluk-beluk bisnis jika ingin
terus berkembang di wilayah ini.
Namun, sekalilagi, saya tak mau melupakan asal-muasal saya
sebagai orang akuntansi keuangan, saya tidak mau pengalaman bekerja di KAP
terlupakan begitu saja. Saya tak mau kehilangan pengetahuan tentang standar akuntansi
dan UU pajak. Saya berharap bisa mendayagunakannya sewaktu-waktu bila saya
perlukan. Saya tidak mau bilang “iya, iya, iya” kepada bawahan hanya karena
saya tak cukup update di akuntansi.
Itulah yang membuat saya memutuskan untuk mengambil program
persiapan untuk ikut ujian CPA sembari menyelesaikan sekolah bisnis, lalu
dilanjutkan dengan ikut ujian dan sukurnya lulus. Karena memang saya melihat
keduanya sama-sama penting. Dan ternyata naluri saya tak jauh meleset.
Di posisi management—baik di awal, middle maupun
eksekutif—menjadi seorang yang mampu bolak-balik memainkan peran specialist dan
generalist di ruang dan waktu bersamaan secara taktis adalah keistimewaan,
keunggulan sekaligus keberuntungan (berkah).
Jika anda menjadi seorang Direktur Keuangan (Chief Financial
Officer) misalnya, anda dituntut untuk mampu mengawasi Chief Accountant
sekaligus Manager Keuangan, Internal Auditor sekaligus Risk Manager, Treasurer
sekaligus Controller. Bahkan anda juga diharapkan menguasai Sistim Informasi
Akuntansi (SIA) sekaligus Sistim Informasi Manajemen (SIM), karena harus
mengawasi IT dan HRD. Bagaimana anda mampu menjalankan fungsi ini jika tidak
jago di akuntansi keuangan sekaligus akuntansi manajemen? Bagaimana bisa
menjalankan fungsi dengan efektif jika tak menguasai prosedur audit, risk
management, sekaligus system?
Dan, jika suatu saat nanti anda berkesempatan menjadi
pimpinan di Kantor Akuntan Publik,
mungkin anda juga dituntut untuk mampu mengendalikan Divisi Assurance Services
(yang dihuni oleh orang-orang Akuntansi Keuangan) dan Trusted Business Advisory
(yang dihuni oleh orang-orang Akuntansi manajemen sekaligus Akuntansi Pajak).
Yang ingin saya sampaikan melalui cerita di atas (sekaligus
rekomendasi) adalah:
· Akuntansi
Keuangan dan Akuntansi Manajemen sama-sama penting;
· Keduanya
tidak saling bertolak-belakang, bukan untuk dipertentangan, melainkan saling
mengisi dan saling melengkapi;
· Gabungan
keduanya akan menjadi ilmu akuntansi yang utuh dan bisa memberi impact yang
besar bagi organisasi dimana kita bekerja; dan
· Memandang
salahsatunya lebih penting sementara meremehkan yang lainnya adalah kekeliruan,
foolish.
Terspesialiasi di awal-awal adalah bagian dari proses yang
alamai, tidak apa-apa, sebab tidak semua orang mampu menguasainya secara
sekaligus, butuh waktu yang panjang untuk itu. Jika beruntung dan memang
ditakdirkan demikian, akan ada masanya anda harus menguasai kedua spesialisasi
ini (akuntan manajemen dan akuntansi keuangan) dan mampu mendayagunakannya secara
bersamaan. Selamat berakhir pekan.
Sumber :
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2014/01/spesialisasi-akuntansi-keuangan-vs-akuntansi-manajemen/
0 komentar:
Posting Komentar