DEFINISI
DAN ANALISIS TEORI SERTA PERMASALAHAN PADA ILMU SOSIAL
Berikut
ini adalah pengertian dan definisi sosial menurut beberapa ahli:
#
LEWIS
Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan dalam interaksi
sehari-hari antara warga negara dan pemerintahannya
#
KEITH JACOBS
Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs komunitas
#
RUTH AYLETT
Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai sebuah perbedaan namun tetap
inheren dan terintegrasi
#
PAUL ERNEST
Sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu karena mereka terlibat
dalam berbagai kegiatan bersama
#
PHILIP WEXLER
Sosial adalah sifat dasar dari setiap individu manusia
#
ENDA M. C
Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan
#
LENA DOMINELLI
Sosial adalah merupakan bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan manusia
sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat rapuh di dalamnya.
#
PETER HERMAN
Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai suatu perbedaan namun tetap
merupakan sebagai satu kesatuan
#
ENGIN FAHRI. I
Sosial adalah sebuah inti dari bagaimana para individu berhubungan walaupun
masih juga diperdebatkan tentang pola berhubungan para individu tersebut
PENGERTIAN
ILMU SOSIAL
Ilmu
sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang
berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan
seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari
manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif,
inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang
ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari
ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula,
pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap
perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah
membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi
ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak
diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan
konsekuensinya.
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah:
* Antropologi, yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis
tertentu
* Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam
masyarakat
* Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik
dan manusia di atas permukaan bumi
* Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
* Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa
* Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar,
pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral
* Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk
negara)
* Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
* Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat
manusia
* Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya
ANALISA TEORI ILMU SOSIAL DAN REALITAS
SOSIAL
Menyadari bahwa luasnya khasanah teori
ilmu sosial di tuntut sebagai perspektif dalam pengkajian ilmu sosial budaya
dasar . Teori ilmu sosial yang di rasakan penting untuk mengkaji realitas
sosial . Teori ini di sajikan secara sederhana dan ringkas sifatnya. Untuk
mencapai sebuah tujuan materi ini mencoba menghubungkan berbagai paradigm ilmu
sosial dengan berbagai tingkat analisis realitas sosial. Dengan usaha ini
mahasiswa tidak tersesat di “rimba raya “ teori ilmu sosial maupun realitas
sosialnya, minimal tahu dari hal yang spesifik menuju ke hala yang umum.
Manusia sebagai realitas sosial apabila di hubungkan dengan paradigm sosial
wawasannya sangat luas. Paradigma realitas sosial adalah melihat gambaran yang
mendasar mengenai realitas sosial menurut kaca mata ilmu sosial.
Tingkatan kenyataan itu ada empat yaitu
:
Tingkat ini menempatkan
individu sebagai pusat perhatian untuk analisa .analisa ini di bagi menjadi dua
bagian yaitu tingkat perilaku (behavioral) dan tingkat subjektif. Teori dasar
dasar psikologi(sosial) yang mengkaji tingkat individu meliputi teori
stimulus-respons(S-R) ,toeri sikap,teori peran dan teori lapang (medan) teori
stimulus respons ini sebenernya teori stimulus – organisme – respons (S-O-R)
karena di akui adanya organisme antara stimulus dan respons. Tokoh teori ini
adalah Watson yang menyatakan bahwa objektivitas perilaku individu hanya
berlaku pada perilaku yang Nampak (overt). Setiap perilaku pada hakikatnya
merupakan tangapan (respon) terhadap rangsang (stimulus) karena itu rangsang
mempengaruhi tingkah laku atau bahkan menentukan tingkah laku.intervensi
organism terhadap stimulus rangsang, individu ini memilikipotensi berupa
kognisi sosial, persepsi sosial, nilai dan konsep.
Teori sikap adalah kecenderungan
seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau menghadapi suatu rangsangan
tertentu .
teori peran adalah beranggapan peranan
seseorang itu merupakan hasil interaksi dari diri (self) dengan posisi (status
dalam masyarakat) .dan dengan peran( menyakut norma dan nilai) dalam teori ini
yang terpenting adalah actor (pelaku) dan target (sasaran) yang punya hubungan
dengan actor.
Teori medan ( field-theory) adalah
berangapan bahwa kehidupan merupakan penentu dari perilaku seseorang kehidupan
ini merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya.
Teori yang mengkaji individu adalah
psikoanalisa dari freud yang membedakan tiga sistem dalam hidup psikis yaitu
id,ego, dan superego .istilah ini di kenal sebagai tiga “instansi “ yang
menandai hidup psikis.
Instansi
pertama Id adalah psikis yang paling dasar terdiri dari naluri
naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan direpresi.pada Id yang
berkuasa adalah kesenangan yang tidak mengenal waktu dan tidak mengenal hokum
hokum logika.
Instansi
kedua Ego adalah hasil diferensi dari Id karena kontak dengan
dunia luar . Ego aktifitasnya dapat sadar,prasadar atau tidak sadar . potensi
Ego di kuasai oleh prinsip realitas seperti pemikiran objektif, yang sesuai
dengan tuntutan-tuntutan sosial dan rasional yang di ungkapkan melalui bahasa.
Tugas dari Ego mempertahankan kepribadiannya adaptasi dengan
lingkungan,menghilangkan konflik dengan realitasdan mendamaikankonflik berbagai
keinginan agar selaras. Ego berfungsi sebagai penjamin kesatuan pribadi dan
alat sintesa.
Instansi
ketiga Superego adalah potensi hasil dari proses
internalisasi,sehingga menjadi miliknya berasal dari luar dirinya.
Al-Ghazali (abad ke-11) mengemukakan
tentang qonflik fitrah manusia 8 abad lebih dulu dari pada teori freud
psikoanalisa.yang mengemukakan bahwa manusia mempunyai tiga tahap perkembangan
jiwa yaitu :
1) Nafs al amarah bil also adalah nafsu
jahat yang mendesak agen normal untuk melampiaskan tuntutan yang tidalk
terkontrol atau nafsu yang mengendalikan kejahatan.dalam Al Quran dinyatakan
“nafsu ini selalu menyuruh kepada kejahatan” (QS,12:53)
2) Nafs al lawwamah yaitu nafsu yang
sadar apabila tuntutan naluriahnya di lampiaskan atas pengaruh nafsu al
amarah.Al Quran menyatakan “ dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali(dirinya sendiri) “ (QS,75:2)
3) Nafs al mutham’nah adalah nafsu yang
tenang tentram merupakan kepuasan tertinggi dari jiwa. Kepuasan yang lengkap
dan bebas dari semua keputusan dan penderitaan.
Kedua teori ini baik dari freud dan Al
Ghazali sangatlah menarik untuk mengkaji interaksi individu dengan dirinya
sendiri.
2) Tingkat antar pribadi (interpersonal)
:
Tingkat ini meliputi
interaksi antar individu dengan semua arti yang berhubungan dengan kerjasama,
konflik, adaptasi, negoisasi komunikasi simbolis dan hal lain yang menpunyai
arti hubungan.tingkatan ini banyak di pelajari ahli sosiologi (interaksionisme
simbolik).
Teori ini di pelopori oleh George
Herbert Mead (1863-1931) seorang professor dari Chicago.teori ini mempunyai
implikasi sosial dan mempunyai cirri pemahaman khusus tentang perspektif. Teori
ini muncul sebagai pandangan atas” realitas sosial” teori ini banyak
memperhatikan dimensi subjektif dimana kenyataan sosialnya yang muncul dari
interaksi di lihat sebagai kenyataan yang di bagun dan bersifat simbolis,
inilah yang membedakan kenyataan sosial dengan kenyataan fisik objektif. Teori
ini memperhatikan dinamika interaksi tatap muka, saling keberantungan yang erat
antara konsep diri individu dengan kelompok kecil, negoisasi mengenai norma
bersama dan peran individu , tetapi konsep pokonya di uraikan melalui
pengertian “self”,”mind”,”society” dan “action”. Diri(self) adalah nyata suatau
proses sebagaimana objek sosial yang lain, diri(self) sebagai objek sosial
terbentuk melalui interaksi dalam keluarga .
G.H. Mead membuat tahapan tentang
pengembangan diri sebagai berikut
4)
Tahan kelompok referen
Pikiran adalah suatu kesadaran untuk
memudahkan pemahaman.
Pikiran adalah tindakan yang mengunakan
simbol dengan diri ,aktivitas simbolik organism yang langsung di arahkan pada
diri sendiri. Mead mengambarkannya sebagai suatu keadaan mental yang terwujud
melalui pembicaraanyang merupakan respon intelegen. Blumer menyatakan, bahwa
pikiran adalah aktivitas tersembunyi kesadaran. Pikiran terjadi karena adanya
interaksi dengan orang lain dalam interaksi itu pikiran berproses untuk
memecahkan permasalahan yang timbul dan untuk kembali menyesuaikan diri pada
situasi sosial.
Si butani menenkankan bahwa Masyarakat
sebagai dunia sosial yang terbentuk oleh individu yang berkomunikasi dengan
simbol-simbol. Kelompok adalah tindakan sosial yang timbale balik yang berarti
masing masing orang berhubungan . Blumer
mendandai bahwa kelompok sebagai suatu tindakan kerjasama. Masyarakat di
artikan juga sebagai tindakan kerja sama untuk memecahkan masalah. Semua ini
berarti bahwa masyarakat berpokok pada kesalingbergantungan dimana masing
masing anggotanya saling membantu untuk memecahkan masalah dengan demikian
masyarakat di bentuk oleh orang orang yang mampu membawakan peran lain dan
mengerti tindakan tindakan.
Namun interaksionisme simbolik pun
melihat bahwa seseorang di buat oleh masyarakat. Kita di lahirkan dalam
kelompok dan kelompok itu tumbuh mempengaruhi kita , yang berarti individu di
batasi oleh masyarakat missal bahasa dan sejarahnya atau aturan yang telah ada.
Tindakan adalah pola kelakuan yang
terorganisasikan, tindakan di tandai dengan objek objek seperti tindakan objek
sosial warriner menyebutkan tindakan sosial di definisikan oleh orang yang di
beri nama. Realitas suatu tindakan berlangsung terus menerus suatu proses
konstan yang tidak pernah berakhir kecuali kita mati.
Manusia bertindak karena ada tiga alas
an pertama karena dia memerlukan untuk bertindak kedua karakteristik pribadi
sikap, kepentingan, image-diri mendorongnya untuk bertindak dan ketiga faktor
lingkungannya untuk bertindak. Menurut konsep mead tindakan menyangkutkan empat
tingkatkan yaitu pertama gerak hati(impulse) kedua persepsi ketiga manipulasi
dan yang keempat pertempuran(consummation).
Tindakan di mulai dengan aktivitas
tersembunyi yang kemudian mengalir menjadi terbuka,namun tindakan yang sudah
terbiasa (habitual action) lebih berhubungan dengan tindakan terbuka karena
mendefinisikan situasi menganalisa masa lalu dengan masa depan. masa lalu dan masa depan adalah bagian dari
tindakan,keduanya bagian dari pendefinisian situasi. Masa depan adalah bagian
dari tindakan kita memiliki rencana untukbertindak dan konsepsiti ini mempengaruhi
tindakan, di samping itu masa lalu pin menjadi kekuatan yang mempengaruhi
tindakan.
Membawakan peran orang lain berarti
berlatih melihat dunia dari prespektif orang lain , ada empat tingkatan yang
berhubungan dengan proses ini pertama adalah tingak persiapan yang menirukan
orang lain, yang kedua memainkan yakni
membawakan peran orang lain, yang ketiga bermain yakni telah memasuki situasi
dan yang keempat tingkat kelompok referen yakni memiliki peran yang banyak di
dunia sosial yang harus di pertimbangkan dalam peran itu.
Ada beberapa poin yang harus di catat
mengenai pentingnya membawakan peran orang lain :
1)
Untuk timbulnya kekuatan diri
2)
Untuk menjadi diri dalam segala situasi
3)
Untuk mempelajari prespektif mengenai hal
4)
Untuk bekerja dalam situasi sosial
5)
Untuk menolong seseorang dalam situasi interaksi melalui pengetahuan
bagaimana manipulasi mengarahkan dan mengontrol.
6)
Untuk mencintai orang lain
7)
Sebagai dasar untuk kerja sama
8)
Sebagai dasar komunikasi simbolik manusia
Sebelum konsep pokok “self”, “mind”,
“society” dan “action” yang di bahas interaksionisme simbolik, juga teori ini
membahas interaksionisme individu,masyarakat dan pikiran.pendapatanya di
kemukaan dalam lima hal yaitu ;
1)
Individu tidak konsisten pribadinya terbentuk mesti dalam suatu proses
dinamik pelaku peubah tidak pernah menjadi suatu tetapi dalam keadaan menjadi
individu bukan hasil dari sosialisasi,bukan merupakan perangkat yang tetap
tetapi dalam keadaan berubah dalam proses interaksi
2)
Masyarakat dan kelompok tidak sebagai yang statis terpengaruh tetapi
termasuk dalam proses interaksi.apa yang di sebut kelompok dalam masyarakat
adalah pola yang disimpulkan dari proses interaksi
3)
Individu mempunyai suatu cirri pikiran dan diri tetapi keduanya di
konsepkan sebagai proses bukan sebagai kesatuan yang statis.
4)
Manusia mempunyai banyak diri masing-masing berhubungan dan berinteraksi
dalam perubahan proses interaksi
5)
Kebenaran ide ide sikap presepsi dan prespektif semuanya sebagai proses
berpendapat dari perubahan yang dinamis oleh organism di dalam berhubungan
dengan apa yang di selidiki.
Asumsi interaksionisme simbolik yang
sederhana dikemukakan oleh blumer sebagai berikut :
1)
Manusia bertindak terhadap sesuatu yang berdasarkan makna yang ada pada
sesuatu itu bagi mereka
2)
Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan yang lain
3)
Makna tersebut di modifikasi melalui adanya proses penafsiran oleh indi
vidu dalam keterikatanya dengan symbol yang di hadapi
Teori lain yang mengkaji masalah
hubungan antara pribadi adalah teori interaksi dari simmel (1858-1918) yaitu :
1)
Manusia terbentuk dari jaringan relasi –relasi antar orang sehingga
mereka merupakan suatu kesatuan.
2)
Jaringan jaringan relasi itu tidak sama sifatnya
3)
Dalam jaringan relasi tidak selamanya terbentuk integrasi dan
harmonis,tetapi dapat pula terjadi kritik oposisi konflik dan lain lain.
4)
Frekuensi interaksi dan kadar interaksi bervariasi ada yang tinggi dan
ada yang rendah
Jadi intinya simmel memandang masyarakat
adalah produk dari proses interaksi individu individu. Teori yang mengkaji
antarpribadi dalam sosiologi adalah Homans dikenal dengan teori pertukaran
(exchange theory) antapribadi. Antarpribadi terjadi pertukaran karena adanya
internal dan keadaan eksternal ,dasar psikologi pertukaran karena dukungan
sosial dan factor penguat ,sehingga terjadi transaksi atau saling member
timbale balik memperoleh keseimbangan emosional atas dasar pribadi.
Teori yang lainya adalah teori
dramaturgi dari Goffman,menyatakan bahwa individu senantiasa akan mengkontrol
kesan kesannya dalam hubungan sosialnya yang di berikan kepada orang lain.
3) Tingkat struktur sosial
Tingkat ini bersifat
abstrak analisanya di tunjukan pada pola tindakan,jaringan interaksi yang
teratur dan seragam dalam waktu dan ruang,posisi sosial dan peran
sosial.tingkat ini dapat pula menyangkut institusi sosial dan masyarakat secara
umum/ keseluruhan.teori ini di pelopori oleh tokoh klasik Durkheim, Mark dan
tokoh modern yang melanjutkan pemikirannya,pelanjut tokoh ini adalah Parson,
Merton, Cosser, Collins, Michel, dan lain lain. Tingkat ini memandang secara
garis besarnya masyarakat sebagai berikut :
a)
Masyarakat sebagaimana halnya organism hidup
Kosep ini hanya metaphor dalam rangka
mempermudah analisis sosiologis. Seperti pendapat Radelife Brown bahwa struktur berupa hubungan
antar individu mempunyai aktivitas berupa tingkah laku konektivitas dan
mempunyai fungsi berupa pemeliharaan struktur sosial.
b)
Sistem sosial merupakan pendekatan lain untuk menganalisis masyarakat
Tetapi masih merupakan pengembangan dari
teori struktur sosial Brown Malinowski dan Durkhein. Teori sistem ini merupakan
teori yang di kembangkan oleh Talcott Parson sehingga mencapai puncak yang
paling berpengaruh dalam sosiologi di amerika. Teori ini di kenal dengan
struktur fungsional yang menganggap manusia sebagai masyarakat merupakan sistem
sosial yang terdiri atas bagian bagian yang saling berkaitan dan menyatu dalam
keseimbangan .kalau terjadi konflik maka perlu di perhatikan adalah bagaimana
cara mendamaikannya sejauh dapat di atasi konflik itu selalu di hindari. Asumsi
dasar dari pendekatan struktur fungsional adalah
Masyarakat harus dilihat sebagai suatu
sistem dan suatu sistem dari pada bagian bagian yang saling berhubungan stu
sama lainnya
Hubungan antara setiap bagian adalah
bersifat saling mempengaruhi dan imbal
balik
Sistem sosial cenderung bergerak kearah
keseimbangan yang bersifat dinamis artinya menangapi perubahan yang dating dari
luar memelihara perubahan yang terjadi agar perubahannya terjadi secara
minimal,meski menyadari bahwa integrasi sosial tidak mungkin tercapai secara
sempurna.
Sistem sosial selau mengarah kle integrasi
sosial melalui penyesuaian ketegangan dan proses instutionalisme.
Perubahan sistem sosial terjadi secara
gradual melalui penyesuaian ,kalau terjadi perubahan secara drastic maka yang
berubah itu hanya bentuk luarnya saja sendangkan unsur unsure sosial budaya
yang dasar tidak berubah.
Perunahan sosial yang terjadi si
sebabkan oleh upaya penyesuaian yang di lakukan oleh sistem sosial terhadap
pengaruh yang dating dari luar pertumbuhan melalui proses difernsiasi
structural dan fungsional dan akibat adanya penemuan baru oleh anggota
masyarakat itu sendiri
Daya integrasi yang paling tinggi dari
suatu sistem sosial akibat adanya consensus nilai yang merupakan prinsip dan
tujuan dasar dari anggota masyarakat.
Teori struktur fungsional sering di
sebut teori consensus,hal ini menurut Cohen (1968) teori structural fungsional
memiliki serangkaian asumsi eksklusif sebagai berikut :
1. Norma nilai dan nilai merupakan
unsure unsure dasar dari
2. kehidupan sosial melibatkan komitmen
3. suatu masyarakat memerulukan keadaan
yang kohesif
4. terwujudnya suatu hidup sosial
bergantung kepada solidaritas
5. suatu kehidupan sosial di dasarkan
kepada resiprositas dan kerja
6.suatu system sosial selalu bertahan
pada consensus
7. suatu masyarakat selalu mengenal
adanya otoritas legitimasi
8. sistem sosial selalu terintegrasikan
9. sistem sosial cenderung untuk
bertahan lama
Masyarakat sebagai system sosial karena
mempunyai persyaratan seperti : anggotanya lebih dari dua orang terjadi
iteraksi di antara mereka memiliki 10 unsur penting (Loomis,1960 dan
Bertand,1967) yaitu :
Ke sepuluh unsur system
social ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya,menyatu
membentuk sruktur social itu sendiri. Proses – proses utama yang terjadi di
dalam system sosila tersebut dalah komunikasi memelihara tapal batas (boundary
maintenance) atau mempertaankan identitasnya,perjalinan system ( kerja sama
mencapai kesatuan tunggal),sosilaisasi ( proses penyerapan warisan sosiall
budaya), pengembangan (pembatasan tingkah laku) dan perubahan social (
perubahan dalam pola interaksional nilai / budaya dan struktur).
Pengertian system sosila menurut Parson
suatu system social akan bekerja secara normal apabila memiliki 4 kondisi dasar
sebagai alternatif atau sebagai 4
masalah yang harus diselesaikan. Dalam hal ini Pasron juga menyebutnya dengan
kondisi atau kewajiabn fungsional ( functional imperatives ) atau prasyatar
fungsional ( functional prerequisistes ) dan menyangkut tidak hanya organisasi
tetapi juga banyak membutuhkan segi kepribadian sebagai anggota masyarakat.
Keempat prasayarat fungsional sosila
tersebut adalah :
Adaptasi yaitu penyesuaian system
terhadap tuntutan lingkungan ( kenyataan ) kondisi lingkungan, dengan
memfungsikan sejumlah fasilitas fisik maupun nonfisik.
Pencapaian Tujuan yaitu tujuan anggota
suatu sitem sosial,merupakan hasil persetujuan dan prioritas para anggota.
Integrasi merupakan tingkat solidaritas
anggota system sosial, mamiliki ikatan emosional yang tidak bergantung pada
segi keuntungan (pamrih). Keteraturan perlu ekstensi, masyarakat perlu menjamin
koordinasi dan pengawasan di antara unsur – unsur internal di setiap system
sosial.
Pemeliharaan pola yaitu setiap
masyarakat harus membuat anggotanya memiliki motovasi yang cukup untuk
memerankan peranan yang di kehendaki dan menghasilkan komitmen paksaan terhadap
nilai – nilai masyarakat.
Untuk melihat tingkat keseimbangan dan
integrasi masyarakat,Parson mengajukan konsep variabel – variabel pola (
pattern variates ) untuk mengklasifikasi atau mengkategorikan norma dan nilai
setiap masyarakat. Apakah masyarakat atau individu tandensinya kea rah :
Fungsi manifest adalah sebab – sebab
objektif yang membantu penyrsuaian terhadap system yang di maksud dan diketahui
oleh partisipan dal;am sistem. Sedangkan fungsi laten berhubungan dengan hal
yang tidaj dimaksud dan tidak diketahui,seperti factor,birokrasi dan lain –
lain.
Masyarakat sebagai tertib sosial (
social order ) dalam keadaan normal,dapat pula terjadi perubahan atau
disorganisasi sosial yang menyebabkan terjadinya bermacam – macam peristiwa
seperti berikut :
Konplik Norma. Norma – norma dalam
masyarakat dapat terjadi konplik dengan adanya perubahan – perubahan dalam
berbagai pola atau aspek lain dari kehidupan yang menyebabkan disorganisasi.
Tingkat perubahan budaya waktunya tidak
semua sama,tatapi terjadi”cultural lag”,yaitu tidak sama perkembangan antara
budaya meteri dengan mental orang yang budaya tersebut.
Peraturan ( sistem ) yang tidak
baik atau konflik antara manusian dengan
lingkungannya ( fisik,soaila, ekonomi,dl)
Teori tersebut berkaitan dengan tertip
sosial yang mencakup 4 macam yaitu :
1)
Teori paksa ( coercion ) yang bersaumsi bahwa “ power “ adalah sarana
ampuh untuk mencapai tertib sosial. Teori ini menolak tentang realitas
keanekaragaman sosial budaya.Paksaan moral kan diterima, apabila nilai –
nilainya diterima. Teori ini sering digunakan dengan dalih pembangunan yang
mendesak. Akibatnya sering timbul gerakan – gerakan di bawah tangan,
persengkokolan kutukan, dan disorganisasi,tertib semu dan ketegangan (laten).
2)
Teori kepentinagn (Coorperation or mutual interest) ( belangen )
berasumsi bahwa masyarakat dapat tertib karena ada kesepakatan sosial dan
saling percaya. Teori ini hanya efektif bagi masyarakat pedesaan yang bersifat
homogen.Tujuan tertib sosial kepentingan dapat tercapai apabila ada kosensus.
Dampak dari teori kepentingan ini tentunya budaya kritik,sehingga aspirasi
tidak tersalurkan, yang akan menimbulkan perubahan soaila dengan mental budaya
yang kurang menguntungkan misalnya apatis.
3)
Teori kesepakatan atau Kosensus berasumsi bahwa tertib sosial dapat
tercapai karena manusia terikat akan norma dan nilai sehingga terjadi kosensus
yang bersifat moral. Kelemahan teori ini, kosensus akan dipaksakan pada
masyarakat yang bersifat pluralistic,seperti banyaknya unsure – unsure
primordial.
4)
Teori Lambat (traagheis) menekan perlunya suatu kondisi yang dapat
mempertahankan satus qou. Teori ini bersaumsi bahwa tertib sosial dapat dicapai
dengan memperlambat perjuangan unsure pokok kehidupan melalui isu – isu
kecintaan,kesetiaan dan disiplin. Teori ini akan menimbulkan perubahan pada
segi – segi personalitas, seperti sikap yang mementingakan segi formal ( serba
formalitas ) tetapi tidak menyelesaikan masalah.
Masyarakat sebagai sub-siratum yang melahirkan
konflik.
Konflik adalah kenyataan yang melekat
pada masyarakat.Adanya tertib sosial ini seperti adanya sistem nilai yang
disepakati bersama, tidak secara otomatis dapat menghilangkan konflik. Bahkan
merupakan cermin adanya konflik yang berisifat potensial dalam masyarakat.
Kenyataan konflik ini menurut David Lockwood dapat dibuktikan sebagai berikut :
Setiap struktur sosial di dalam dirinya
mengandung konflik – konflik dan kontradisi – kontradisi yang bersifat internal
seingga dapat merupakan sumber terjadinya perubahan sosial.
Reaksi dari suatu sistem sosial terhadap
perubahan yang dating dari luar tidak selalu bersifat mengatur.
Sistem sosial dalam waktu yang panjang
dapat mengalami konflik – konflik sosial yang bersifat melakat ( kronis ).
Perubahan soaial yang terjadi dalam
suatu sistem soaial tidak selamanya bersifat perlahan ( gradual ), tetapi dapat
pula terjadi secara revolusioner.
Pandangn konflik tersebut di atas
didasarkan atas anggapan bahwa masyarakat senantiasa selalu dalam keadaan
berubah. Perubahan soasial yang terjadi dalam rangka sintesa dari teas – teas
yang berkembang pada masyarakat yang bersangkutan. Prosees sintesa yang terjadi
merupakan ajang terjadinya konflik. Oleh karena itu pandangan pendekatan konflik
terhadap masyarakat bersumber dari anggapan dasar sebagai berikut :
1)
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat pada setiap masyarakat.
2)
Konflik merupakan gejala yang melekat pada setiap masyarakat.
3)
Setiap unsure masyarakat memberikan sumbangan tertentu bagi terjadinya
disintegrasi dan perubahan sosial.
4)
Terjadinya integrasi masyarakat,berada pada penguasaan atau dominasi
oleh sejumlah orang – orang lainnya.
Pandangan lain tentang konflik,
didasarkan pada struktur masyarakatnya sehingga asumsinya berbunyi demikian :
1)
Kepentingan merupakan unsure dari kehidupan masyarakat.
2)
Kehidupan sosial melibatkan dorongan dan perlu terbagi.
3)
Kehidupan sosial melahirkan opsisi dan konflik sosial.
4)
Kehidupan sosial melahirkan kepentingan bagian – bagian.
5)
Diferensiasi sosial melibatkan kekuasaan
6)
Sistem sosial tidak terintegrasi dan ditimpa oleh kontradiksi –
kontradiksi.
7)
Sistem sosial cenderung untuk berubah.
Walaupun teori konflik ini
menganalogikan masyarakat dengan medan pertempuran yang tidak habis – habisnya,
namun teori ini masih memberikan sumbangan bagi integrasi. Hal ini dikemukakn
oleh Berge yang di kutip Ritzer (1980 ), bahwa konflik mempunyai 4 fungsi yaitu
:
1)
Sebagai alat memelihara solidaritas.
2)
Membantu menciptakan ikatan analisis dengan kelompok lain
3)
MEngaktifkan peranan individu yang semula terisolasi.
4)
Sarana komunikasi dengan adanya konflik posisi masing – masing lawan
yang berkonflik saling diketahui
Tingkat budaya dalam
hal kenyataan sosial maksudnya meliputi arti symbol, norma ,dan pandangan hidup
umumnya yang dimiliki oleh suatu anggota masyarakat. Sedangkan tingkat budaya
itu sendiri memiliki arti meliaht realitas sosial menurut perspektif budaya.
Dan istilah Kebudayaan yaitu terdiri dari produk – produk tindakan dan
interaksi manusia termasuk karya cipta manusia berupa materi atau non materi.
Kebudayaan non materi adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengertian,kepercayaan,
seni , moral , hokum, kebiasaan dan kemampuan –kemampuan dan tatcara lainnya
yang diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat. Menurut Sorokin
bahwa kesatuan organis dari gajala bidaya dan tingkat sosio – budaya dianalisa
terpisah dari tingkah individu. Pokok pikiran analisis Sorokin maliputi :
Integrasi sosial dan budaya. Maksudnya
arti,nilai,norma dan symbol merupakan kunci untuk memahami kenyataan sosia
budaya. Ada saling bergantung antara pola – pola budaya, masyarakat sebagai
interaksi dan kepribadian individual. Tingkat tertinggi integrasi dan sistem
sosial yang paling mungkiin tercapai didasarkan atas seperangkat arti, nilai
norma hokum yang secara logis dan berarti konsisten satu sama lian.
Tipe – tipe mentalitas budaya.
Mentalitas budaya merupakan kunci untuk memahami suatu supersistem budaya yang
terintegrasi. Apakah hakikat kenyataan terakhir ? Damn jawaban logisnya adalah
sebagai berikut :
Kenyataan akhir itu seluruhnya terdiri
dari dunia materiil yang kita alami dengan indera.
Kenyataan akhir itu melampaui dunia
materiil, artinya bersifat transenden tidak dapat di tangkap sepenuhnya dengan
indera.
Diantara kedua kenyataan ekstrim
tersebut, artinya kenyataan itu mencakup dunia materiil dan transenden.
Atas dasar tersebut maka muncul
pernyataan : “ Apakah kabutuhan manusia itu bersifat fisik tatu spiritual ? “ ,
“ SEbarapa jauh luas kebutuhan yang harus di penuhi ? “ ,” Apakah penelusuran
kebutuhan – kebutuhan manusia itu harus mencakup penyesuaian diri tau
penyesuaian linkungan “.
SEhinng muncullah 3 tipe mentalitas
budaya :
Kebudayaan Ideasional. Dasar pemikiran
dari tipe ini bahwa kenyataan akhir itu bersifat nonmateriil,transenden dan
tidak dapat ditangkap dengan indera. Dunia ini di liahat dari suatu ilusi,
sementara dan bergantumg pada dunia transenden . Dan tingkat yang menyatakan kenyataan
akhir merupakn dunia Allah yaitu :
a)
Kebudayaan Indeasional Asketik. Mentalitas ini mmerlihatkan suatu ikatan
tanggung jawab untuk mengurangi sebanyak mungkin kebutuhan materiil manusia
supay mudah diserap ke dalam dunia trasenden.
b)
Kebudayaan Ideasional Aktif. Mantalitas yang selian menggunakan
kebutuhan inderawi juga berusaha mengubah dunia menjadi selaras dengan dunia
trnsenden.
Kabudayaan INderawi ( Sensate Culture
).Dasar pemikirannya dari dunia materil yang kita alami dengan indera kita
merupakan satu – satunya kenyatan yang ada. Jadi, menyangkal terhadap kenyataan
akhir transenden. Mentalis ini meliputi :
a. Kebudayaan Inderawi Aktif .
Mentalitas ini mendorong sikap aktif dan giat untuk memenuhi kebutuhan dan
materil denagn mengubah dunia fisik sehingga memperoleh kepuasan dari serangan
manusia. Mentalitas ini telah mendasari Tekhnologi,kedokteran dan kemajuan
ilmiah.
b.Kebudayaan INderawi Pasif. Mentalitas
ini dalah hasrat untuk memperoleh kesengan hidup setinggi – tingginya. Prinsip
makan,minum,dan kawin, sebab besuk akan mati. Hal ini adalah “ eksploitasi
parasit”.
c. Kebudayaan Inderawi Sinis. Mentalitas
ini memperlihatkan dasar usaha yang bersifat munafik menimbulkan pencapaian
tujuan materialistic atau inderawi denagn menggunakan sistem nilai transenden
yang sebenarnya.
Kebudayaan Campuran. Dasar pemikiran nya
berdasar pada kumentalitas ideasional dan mentalitas inderawi. Tipe ini
terdapat :
Kebudayaan Idealistik. Mentalitasini
merupakan mentalitas organis dari mentalitas ideasional dan inderawi. Kelihatan
sedemikian rupa keduanya dapat dilihat sebagai pengertian yang benr dari sapek
– aspek tertentu dari kenyataannya.Dari dasar pemikiran itu secara sistematis
dan logiss keduanya berhububgab.
Kebudayaan Ideasioanal Tiruan ( Pseudo –
Ideational Cultural ). Mentalitas ini didominasi oleh pendekatan inderawi
dengan unsur – unsur ideasional hidup secara berdanpingan dengan inderawi
sebagai suatu perspektif yang berlawanan,TIdak terintegrasi secara sistematis
hanya sekedar hidup berdampingan.
Dimensi Perubahan Kultural Meliputi hal
– hal sebagai barikut :
a)
Inovasi kebudayaan seperti :
b)
Difusi seperti penyimpanan kebudayaan dan difusi secara sadar.
c)
Integrasi seperti penolakan terhadp bentuk – bentuk baru, duplikasi ,
cara hidup lama dan baru bersama –sama dalam variabel pola – pola penggantian
bentuk – bentuk lama dengan bentuk – bentuk baru.
PERMASALAHAN SOSIAL YANG SERING TERJADI MENURUT INDIVIDU
Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa perkembangan zaman di
saat ini, pasti akan menimbulkan beberapa masalah di tengah masyarakat. Oleh
karena itu, kami menghimpun beberapa masalah penting yang sudah sangat sering
kita temui di tengah masyarakat. Ada beberapa contoh masalah sosial di
masyarakat. Contoh-contoh Permasalahan sosial di masyarakat :
Pergaulan bebas
Saat ini, jati diri remaja negeri ini berada pada tahap yang mengkhawatirkan.
Sebagian mereka suka mengikuti budaya-budaya asing tanpa mempertimbangkan baik buruknya.
Seks bebas, misalnya, adalah salah satu dari kehancuran moral anak bangsa yang
sepatutnya menjadi tiang-tiang kemajuan negeri ini nantinya.
Aliran sesat
Munculnya aliran sesat di negeri ini telah membuat keamanan masyarakat,
khususnya yang beragama, Islam, misalnya. Membiarkan aliran sesat tetap
tersebar dapat mengakibatkan keimanan masyarakat jadi goyang. Selain itu,
aliran sesat termasuk pada penodaan terhadap agama dikarenakan mereka–para
tokoh aliran sesat- membolak-balikkan ajaran agama yang telah benar dengan
sesuka hati dan hawa nafsu.
Anak jalanan
Masyarakat tentu sepakat bahwa anak jalanan telah menjadi masalah sosial
sendiri. Anak jalanan adalah cerminan dari ketidakmampuan, terlepas dari
sebagian oknum yang memanfaatkan anak jalanan. Para anak jalanan merupakan
potret ketidakteraturan sebuah sistem keluarga. Yang kemudian melebar menjadi
masyarakat yang lebih besar.
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan.
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara
kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan
rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis
kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara-negara
berkembang, tidak terkecuali di Indonesia.
Kemiskinan dan
pengangguran.
Kemiskinan dan pengangguran adalah suatu masalah sosial yang harus segera
dituntaskan dan dicari solusinya dengan berbagai cara. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan, mulai dari aspek pendidikan, hukum, keluarga, dan lingkungan.